Sudah tak asing lagi, berita yang tersiar dari mulut ke mulut menjelaskan bahwa beliau difitnah sebagai dalang di balik serangkaian aksi kejam G.30.S./PKI. Kok bisa ya, padahal beliaulah yang berjasa menghabisi kekejaman komunis di negeri ini. Beliau mengembalikan ketertiban dan keamanan menjadi kondusif kembali. Beliau difitnah bahwa ketika semua perwira Angkatan Darat diculik lalu mengapa beliau tidak? Apakah dengan cara ini beliau menduduki kursi presiden? Sebuah fitnah yang cukup menyakitkan hati. Bukannya bersyukur kita pernah dipimpin oleh beliau, kita malah memfitnahnya. Beliaulah yang menumpas aksi-aksi kejam oleh PKI hingga ke akar-akarnya. Bagaimana mungkin beliau menumpasnya bila beliau bekerja sama dengan mereka. Lalu timbul pertanyaan, dimanakah beliau saat aksi berdarah G-30S PKI berlangsung?
Dilansir dari buku Soeharto Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya (1/08/17), saat malam terjadinya G.30.S./PKI, beliau sedang menjaga anaknya yang saat itu masih kecil di Rumah Sakit Gatot Soebroto bersama Ibu Tien. Beliau tidak tahu saat itu sedang terjadi penculikan para perwira Angkatan Darat oleh PKI. PKI dengan dalih adanya Dewan Jenderal ini menculik para petinggi Angkatan Darat, yang mana menurut PKI Dewan Jenderal ini akan melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno. Sudah jelas disini bahwa hal ini merupakan cara PKI untuk menjatuhkan pancasila. Merebut ideologi kita menjadi ideologi komunis. Beliau justru mempertahankan pancasila Beliau juga bertemu dengan Jenderal Nasution yang selamat dari penculikan itu dan Jenderal Nasution turut bekerja sama untuk memberantas gembong G.30.S./PKI.
Beliau sangatlah berjasa pada Republik Indonesia, negara tempat kita bernaung, tempat kita mencari rezeki. Orang yang mempertahankan pancasila, membangun bangsa kita, bahkan berjuang dengan mengorbankan jiwa dan raga untuk Indonesia, apakah layak kita perlakukan seperti ini? Mari kita lihat diri kita, jasa apa yang telah kita berikan untuk negara kita tercinta ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar